IAIN Palangka Raya – Mahasiswa FEBI IAIN Palangka Raya bepartisipasi dalam Acara Seminar Nasional “Indonesia Rumah Moderasi” yang diselenggarakan oleh Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya. Dilaksanakan pada Rabu (15/9) via Zoom Meeting. Pemaparan artikel oleh mahasiswa FEBI dalam acara ini karena telah lolosnya paper yang telah diajukan dalam proses seleksi yang diumumkan pada (26/8) lalu.
Para mahasiswa tersebut adalah :
-Dafit (Ekonomi Syariah)
-Umi Purwaningsih (Ekonomi Syariah)
Dibina oleh Sabian Utsman selaku Dekan FEBI IAIN Palangka Raya.
-Putri Nurmala (Ekonomi Syariah)
-Siti Munawwarah (Ekonomi Syariah)
Dibina langsung oleh Jefry Tarantang selaku Dosen FEBI IAIN Palangka Raya.
Tema yang dibahas oleh Sabian Utsman, Dafit dan Umi Purwaningsih adalah tentang “MEMBANGUN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA MELALUI SEMANGAT MODERASI BERAGAMA DI BUMI TAMBUN BUNGAI”. Dalam isi pemaparan yang disampaikan dapat disimpulkan :
Tambun Bungai memiliki segala keberagaman yang meliputi etnis, suku, budaya dan agama. Keberagaman ini sering kali menimbulkan perbedaan, yang dapat menyebabkan konflik, maka peran moderasi beragama perlu diimplementasikan pada seluruh masyarakat. Tidak memaksa kehendak dengan cara kekerasan, penghormatan terhadap perbedaan pendapat, serta toleransi terhadap pihak lain merupakan sikap moderasi yang perlu ditumbuhkan. Hal tersebut merupakan cara dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara melalui semangat moderasi beragama di Bumi Tambun Bungai berdasarkan filosofi Huma Betang.
Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi Huma Betang untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara melalui semangat moderasi beragama di Bumi Tambun Bungai, yaitu :
-Hidup rukun dan dmai walaupun terdapat banyak perbedaan
-Bergotong royong
-Menyelesaikan perdebatan secara damai dan kekeluargaan
-Menghormati leluhur
Keempat filosofi inilah yang mampu membuat masyarakat Bumi Tambun Bungai hidup secara rukun dan bertoleransi. Dari keempat pilar tersebut muncul semangat persatuan yang menjunjung tinggi kebersamaan dalam menyikapi perbedaan secara jujur, sehingga tidak ada jurang yang memisahkan (distorsi dan disharmonisasi).
Tema yang dibahas oleh Jefry Tarantang, Putri Nurmala dan Siti Munawwarah adalah tentang “MODERASI BERAGAMA DALAM FALSAFAH HUMA BETANG KALIMANTAN TENGAH”. Dalam isi pemaparan yang disampaikan dapat disimpulkan :
Kalimantan Tengah memiliki 13 Kabupaten dan 1 Kota dengan Ibu Kotanya berada di Palangka Raya. Terdapat enam agama yang dianut oleh masyarakat, menurut data terbaru menunjukkan bahwa masyarakat di Kalimantan Tengah yang menganut agama Islam berjumlah 2.005.988, Kristen berjumlah 425.284, Katholik berjumlah 91.706, Hindu berjumlah 172.344, Buddha berjumlah 3.830, dan Khonghucu berjumlah 4.954. Meskipun banyaknya keberagaman agama tidak dipermasalahkan oleh masyarakat, namun tak dipungkiri bahwa akan terjadi pertentangan dan pertikaian. Maka dari itu, diperlukan adanya moderasi beragama untuk menguatkan pengukuhan bagi seluruh masyarakat di Kalimantan Tengah.
Filosofi Huma Betang di Kalimantan Tengah menjunjung tinggi perdamaian dan anti kekerasan serta hidup bertoleransi antar umat beragama. Kerukunan antar umat beragama di Kalimantan Tengah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya falsafah Huma Betang yang memuat nilai-nilai kebersamaan, demokrasi, persamaan atau egaliter, toleransi, saling tolong menolong dan saling menghormati. Bhinneka Tunggal Ika adalah suatu keberagaman dalam kesatuan. Kesatuan merupakan sebuah gambaran ideal, karena kesatuan sebagai suatu harapan maupun cita-cita untuk mengangkat dan menempatkan unsur perbedaan yang terkandung dalam keanekaragaman. Pemahaman dan pengamalan moderasi beragama merupakan proses ajaran agama yang dilakukan secara seimbang guna terhindar dari perbuatan ekstrem saat penerapannya. Berdasarkan penerapan moderasi yang ada di Kalimantan Tengah, sesuai dengan nilai Pancasila sila pertama, yang menekankan pentingnya pemahaman keagamaan yang moderat dan berorientasi pada keharmonisan antar sesama umat beragama.
Tantangan kerukunan beragama pasti pernah dilewati bagi sebagian orang, perlu adanya pemahaman dalam toleransi antarberagama. Perlu pula adanya orang-orang/tokoh agama yang piawai membangun kerukunan, sehingga umat tidak terjebak dalam pemahaman kurang tepat, ini adalah satu maksud dari diadakannya kegiatan ini.
Toleransi itu dasarnya bukan semua agama sama, tapi pemeluk setipa agama menghormati pemeluk agama lain yang meyakini kebenaran agamanya masing-masing.
Sumber : https://febi.iain-palangkaraya.ac.id/news/newsDetail/615bc1ac13254