Home Berita JARAN:MASJID

JARAN:MASJID

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 1.4K views

Oleh : Achmad Yusron

Filosofi Jaran ada suatu cerita di kampung penunggang jaran putus asa. Maka digalinya lubang besar untuk mengubur hidup hidup kudannya. Setelah dirasa cukup, akhirnya dijatuhkan kudannya ke dalam lubang. Seketika jatuhlah kudannya ke dasar lubang, kemudian berlahan dia ambil cangkul dan menimbunnya dengan tanah bekas galian. Secangkul demi secangkul, tanah dilemparkan kebawah. Namun kuda terus bergerak dan tidak tinggal diam. Semakin dilemparkan tanah, justru kudannya semakin naik keatas lubang, hingga akhirnya kuda tadi bisa naik dan berlari. Ya mungkin anda pernah mendengar cerita diatas. Apa jadinya jika kuda tadi diam saja, ketika ditimbun tanah? Mungkin kuda tadi akan mati terkubur hidup hidup. Sama dengan diri kita. Ketika tengah dirundung masalah dan beban hidup, namun kita tetap diam dan tidak melakukan ikhtiar apa-apa, Bisa jadi masalah tadi akan tetap ada dan tidak dibukakan pintu solusi. antara masalah dan solusi sebenarnya satu paket.

Dalam setiap masalah, sudah disiapkan solusi bagi orang orang yang mau bergerak dan tidak tinggal diam.
Kaitannya kita menuju ke Masjid bagaimanapun keadaannya mendengar lantunan adzan maka berbondong-bondonganlah menuju ke masjid. Andaikan hujan, petir, angin itu salah satu ujian kita tetap berjamaah ke masjid. Jaran yang mau dikubur saja berusaha naik dan berlari. Apalagi manusia makhluk yang paling sempurna ujian apapun tetap menuju ke masjid. Masjid adalah tempat yang cocok untuk mencetak karakter pribadi yang luhur. Selama bumi masih di huni manusia maka tetap berjamaah ke masjid. Keinginan yang harus dipaksa untuk menuju masjid itu lebih bermakna.

Dunia menggoda untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Kita tetap bergerak bagaikan Jaran yang mau ditimbun. Orang yang diajak kebaikan lebih susah dibandingkan dengan keburukan. Apa kata dunia kalau janji suci seorang manusia harus menjalankan perintahnya yaitu sholat 5 waktu dll. Salah satunya sholat berjamaah di Masjid. Dunia ini akan roboh kalau tiang dunia kita rusak manusia sedikit demi sedikit dengan cara mengingkari sholat. Maka dunia itu akan hancur dengan sendirinya. Tempat bersandar terindah adalah masjid yang membuat hati tenang, adem, bahagia. Tetapi Paradigma masyarakat di bulan ramadhan seperti ini pada awal malam tarawih setiap masjid penuh. Setelah satu minggu maka sholat berjamah semakin maju ke depan shof shof yang berjajar rapi.

Betapa indahnya jika setiap hari masjid ini selalu penuh dihuni oleh para muslimin dan muslimat untuk menghadap Allah yang maha esa dengan berpakaian rapi, harum. Hidup di dunia kalau tidak sholat bagaikan hidup kita hanya sia-sia. Hidup seribu tahun kalau tidak sembanyang apa gunanya. Manusia itu yang paling sempurna hanya untuk menempati janji di dunia harus menjalankan kebaikan selama masih hidup yaitu salah satunya sholat 5 waktu, mengaji. Masjid itu sangatlah nyaman dijadikan tempat untuk bersandar.

Jaran adalah binatang yang tak pernah mengeluh dari keadaan apapun. Berjiwa tangguh yang tak mengenal lelah walaupun dimamai, disyarik-syarik tetap menjalankan apa keinginan sang majikan. Manusia yang tak mengenal lelah untuk memburu menuju masjid melaksanakan ibadah sholat walaupun di hadang oleh teriknya panas matahari, hujan yang menyelimuti angin, petir maka tetap berangkat menuju ke masjid untuk berjamaah. Jangan sia-siakan waktumu hanya sandiwara yang tak berarti.

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK