Home Berita BICARA DENGAN DIAM

BICARA DENGAN DIAM

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 1K views

Oleh: Dr. Hj. Muslimah, M.Pd.I
Seperti biasanya seorang laki-laki ini pergi mengumpulkan bambu liar di hutan belantara Kalimantan. Berhenti mengumpulkan jika sudah diperkirakan dapat membawanya ke pasar. Sesampaiya di pasar, ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang terkena ujung bambu yang agak runcing, dia pun berteriak, “minggir! minggir! bambu mau lewat!.” orang-orang pun minggir memberikan jalan.
Sementara teriakan terus terdengar tiba-tiba lewat seorang lelaki tanpa peduli teriakannya. Alhasil, di antara ujung bambu mengenai lengan baju kiri dan robek, orang tersebut langsung marah-marah tanpa empati sedikit pun. Tak puas dengan itu, ia membawaserta penjual bambu ke Ketua Adat, dengan maksud meminta ganti rugi.
Sesampainya di hadapan Ketua Adat, diketahuilah jika orang itu adalah bangsawan dari daerah tetangga. Maksud kedatangan dan kronologis kejadian ia sampaikan. Ketua Adat mencoba menenangkan dengan berkata, “mungkinkah ini disengaja?.” Penjual bambu hanya diam meski dibantah oleh bangsawan. Kalimat senada terus disuarakan oleh Ketua Adat agar dapat memahami keadaan sesungguhnya. Sementara penjual bambu tetap diam seribu bahasa.
Akhirnya Ketua Adat bertanya secara khusus kepada penjual bambu. Juga hanya diam dan diam. “Mungkin orang ini bisu”, kata Ketua Adat. Bangsawan semakin marah dengan ulah lelaki yang sudah merusak baju kesayangannya. Dialog pun terjadi,
“Tidak mungkin bisu, jelas terdengar teriakannya di pasar tadi”
“Apa yang dia teriakan?”
“Minggir! minggir! bambu mau lewat!”
Sambil tersenyum Ketua Adat berujar, “kenapa engkau tidak minggir padahal sudah diperingatkannya? Berarti anda yang tidak peduli, bukanlah salah dia”. Kini giliran bangsawan yang diam dan menyadari jika bicaranya justru jadi bumerang.
Keseharian kita pasti bertemu dengan harus berbicara, dalam hal ini Rasulullah sudah menuntun, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam” (HR.Bukhari dan Muslim). Ibnu Hajar menjelaskan hadis ini, jika sesuatu itu wajib disampaikan/ mengandung kebaikan meski pahit, itulah yang dimaksud berkata baik. Jika tidak, maka sampaikanlah dengan diam. Diam dimaksud bisa jadi adalah strategi, juga mendoakan kebaikan.
Cerita dan Hadis di atas, mengingatkan kita agar tidak hanya berkata yang isinya baik, tetapi juga harus dengan cara yang baik. Biasanya gampang dilakukan jika kondisinya menyenangkan/ lapang, tetapi sudah sedikit orang yang mampu menyampaikan dengan tegas tetapi tidak emosi atau tidak marah melebihi porsi. Tujuannya agar masalah besar menjadi kecil, masalah kecil menjadi clear. Semoga Ramdhan kali ini mampu melatih kita untuk bicara sesuai haq atau bicara dengan diam.

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK