Home Berita EKSISTENSI KEDISIPLINAN DIRI DI BULAN RAMADHAN

EKSISTENSI KEDISIPLINAN DIRI DI BULAN RAMADHAN

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 4K views

Oleh Desi Erawati

Didalam surat Al-Asr, ayat 1-3 Allah berfirman yang artinya: “demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati…”

Dari gambaran potongan ayat tersebut, tidak diragukan lagi bawa Islam mengajarkan kedisiplinan dalam segala bidang. Ibadah puasa yang sedang dilakukan kaum muslimin pada saat ini  merupakan salah satu contoh  didikan kedisiplinan. Pada puasa kita  diwajibkan untuk disiplin waktu imsak, buka, dan sahur. Sama halnya ketika meninggalkan puasa, maka wajib hukumnya menganti dengan jumlah hari yang sama, di lain waktu. Berbicara ketepatan waktu, jika azan magrib berkumandang maka bersegeralah berbuka tanpa harus mengabaikannya. Demikian pula dengan waktu imsak, mengakhiri sahur dengan tanda adzan shubuh berkumandang.

Kedisiplinan adalah bentuk sikap dimana pada saat yang sesuai dan dalam waktu yang telah ditentukan. Kedisiplinan  adalah  sebuah kata yang  sangat sederhana, namun agak sulit diterapkan dan dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang mendapatkan kesuksesan maka sikap disiplin tidak lepas darinya. Sikap disiplin akan menghantarkan kesuksesan, sikap ini tampak  terlihat dari beberapa indikasi yakni tepat dalam mengelola waktu, perencanaan yang matang, arah dan tujuan jelas, serta membuahkan hasil yang bermanfaat baik diri sendiri dan orang lain.

Hikmah dari berpuasa adalah pembudayaan sikap disiplin. Ada tiga hal disiplin dalam ibadah puasa, pertama disiplin dalam menunaikan kewajiban. Puasa adalah kewajiban baik sebelum maupun sesudah Islam datang.(surah Al-Baqarah, ayat 183). Ketentuan dan kewajiban hendaknya ditunaikan. Apabila kewajiban puasa belum ditunaikan dengan alasan tertentu, kewajiban itu tidak gugur begitu saja,melainkan harus ditunaikan dengan berpuasa pada kesempatan atau waktu lain. (surah Al-Baqarah, 184). Kedua, disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin sebagai bukti pengabdian kepada Allah swt. Berpuasa dan ibadah lainnya telah ditentukan waktunya. Salah satu contohnya ketika mulai terbit fajar atau shubuh tiba, maka makan, minum serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa dihentikan untuk memulai puasa. Sikap disiplin adalah lebih baik menunggu daripada terlambat, sebagaimana waktu imsak. Sedangkan bila waktu maghrib tiba, bersegeralah berbuka untuk mengakhiri puasa. Efektif dan efesiensi waktu benar-benar terjaga. Alangkah indahnya ketika hidup disiplin bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk sikap manusia yang beriman dan bertaqwa, Ketiga, disiplin dalam hukum, manusia tentunya terikat dengan hukum sebagai daya pengikat dalam dirinya. Aturan atau norma menjadi barometer untuk mengukur diri apakah masih pada jalan yang benar atau sebaliknya. Melalui puasa, sebagai umat muslim hendaknya disiplin dalam hukum, sehingga semua yang dilarang pada saat berpuasa hendaknya tidak dilakukan, perlunya pengendalian diri dan disiplin, menjadi manusia yang bertaqwa. (surah Al-Baqarah, 187).

Dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam begitu kaffah, dari berbagai aspek mendidik umatnya menjadi umat yang humanis, melalui puasa mengajarkan bagaimana disiplin waktu begitu berperan. Di bulan Ramadhan kita sebagai umat Islam dilatih dan dibiasakan dengan sikap-sikap mulia  sehingga diharapkan dapat menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt.. Aktualisasi diri dalam mengimplentasikan ajaran-ajaran Islam melalui ibadah puasa Ramadhan tentunya menjadi nilai-nilai kedisiplinan bagi kita semua sebagai khalifah/pemimpin di muka bumi ini, Amin Ya Rabbal Alamin.

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK