(Hj. Zainap Hartati)
Marhaban Yaa Ramadhan
Marhaban Syahrun Mubarak..
Hamba-hamba Allah yang beriman senantiasa menanti bulan Ramadhan. Sebulan penuh, insan-insan beriman dan bertakwa diwajibkan menunaikan ibadah shaum. Shaum Ramadhan bertujuan untuk mencetak hamba-hamba Allah SWT yang beriman dan bertakwa (La ‘allakum Tattaquun). Senantiasa selalu diingatkan oleh para da’i, penceramah secara langsung maupun tidak langsung maupun melalui media ( koran, televisi dan sebagainya), Shaum secara bahasa berarti menahan (imsak). Secara istilah shaum berarti menahan diri dari makan, minum, menggauli istri dan segala yang membatalkan puasa, dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat ibadah hanya kepada Allah SWT.,
Namun yang terpenting shaum bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi : “Mengendalikan diri dari hal-hal yang dilarang.” Karena bisa terjadi apa yang dilakukan akan menghilangkan pahala shaum, atau menjadi haram apa yang menjadi kegiatan shaum tersebut. “Shaum jalan dosa juga jalan”.. Naudzu Billahi Min Dzalik.
Mukmin yang dapat/mampu mengendalikan diri, dapat tercegah dari segala perbuatan keji dan munkar.Predikat taqwa dalam pencapaian shaum, dimana takwa adalah orang yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi mutu diri, akhlak, pengetahuan,ibadahnya kepada Allah SWT maupun juga kompetensi diri pada kesalehan sosialnya. Shaum lebih pada prinsip kejujuran diri, karenanya pengawasan yang melekat adalah pengawasan dari Allah SWT.
Shaum, aktivitas yang yang sangat istimewa dibandingkan ibadah lainnya, (HR. Muslim dalm kitab Ash-Shiyam, bab Fadhlu Ash –Shiyam no: 1151/164) yang artinya:
“ Semua amalan anak Adam dilipatgandakan, Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Allah Azza wa Jalla berfirman : kecuali Puasa, sesungguhnya puasa itu untuk Aku dan akulah yang membalasnya. Dia meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku”.
Subhanallah… keistimewaan puasa dibanding ibadah lainnya menunjukkan betapa mulia dan agungnya ibadah puasa, karena diniatkan ikhlas karena Allah SWT, puasa Rahasia antara hamba dengan Allah SWT. Pekerjaan dalam aktivitas ibadah puasa hanya Allah SWT yang tahu. Contoh : seseorang menyatakan diri puasa dengan lainnya, namun pada saat tidak berada dalam pengawasan manusia lainnya tetap dalam keadaan berpuasa, karena Allah selalu mengawasi dan melihat dimana saja berada hingga dalam hati manusia tersebut. Hal ini berangkat dari keyakinan bahwa Rabb senantiasa ada bersama dirinya.
Puasa adalah rahasia hamba dengan Allah SWT namun ada perilaku yang akan mengakibatkan kesia-siaan dalam ibadah puasa akan berdampak pada shaum yang sia-sia, antara lain :
Pertama, memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya, seperti memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri, senantiasa melakukan korupsi, mengurangi timbangan, mempersulit orang lain dan sebagainya. Jika hal ini dilakukan, dapat mengurangi/memotong pahala puasa, bahkan juga dapat menghilangkan pahala serta nilai-nilai puasa itu sendiri.
Kedua, sama sekali tidak memilik empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain yang sedang mengalami kelaparan atau penderitaan, miskin, dan tidak memiliki apa-apa, cuek dengan kehidupan miskin disekitarnya terlebih tetangga sekitar rumah tinggalnya. Orang yang berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan bakhil, nilai puasanya akan mengurangi atau bahkan dihilangkan oleh Allah SWT.
Ketiga, Berkata Dusta (Az Zuur), Rafash (kata-kata Porno), Sabda Nabi SAW : “ Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja, aan tetapi puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan sia-sia dan rafash, apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya : Aku sedang puasa, aku sedang puasa”. (HR. Ibnu Majah dan Hakim)
Keempat, ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk memperbaikinya, agar orang lain tahu bahwa seseorang itu memiliki aib dan keburukan yang disebarkan di televisi dikabarkan, dalam surat kabar dan majalah ditulis, lalu semua orang mengetahuinya. Penyebar keburukan seseorang maka pahalanya akan berkurang sekalipun ia melaksanakan puasa, bahkan mungkin hilang akibat perbuatan ghibah yang dilakukannya.
“ Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”.(HR. At-Thabrani).
Seseorang yang masih suka melakukan maksiat dan kesia-sia dalam bulan ramadhan, agar dapar evaluasi diri (instrospeksi) dan perbaiki diri untuk yang kebih baik di tahun ini. Jangan sia-siakan ibadah di Bulan Ramadhan, Marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk. Asah dan Latihlah pikiran dan hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai dengan kepekaan sosial yang semakin tinggi. Berusahalah membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk, ketaqwaan dan kemampuan pada kita untuk senantiasa menjauhi segala yang dilarangNya. Aamiin. Allah Maha Pengasih dan Penyayang.
1.8K