Oleh Dr. H. Khairil Anwar, M.Ag.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Saudara-saudara, Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah.
Pada hari ini, kita patut bersyukur ke hadhirat Allah swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan puasa Ramadhan 1440 H. dan berbagai amaliyah Ramadhan lainnya sebulan penuh. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, kita agungkan Asma-Nya dengan mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid. Kemudian, kita lanjutkan dengan saling mendoakan dan saling memaafkan antarsesama dengan ucapan: Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.
جعلنا الله من العائدين والفائزين
“Semoga kita dijadikan Allah termasuk orang yang kembali kepada fitrah kesucian dan memperoleh kemenangan”
Dengan demikian, kita akan menemukan kembali fitrah asal kejadian manusia yang suci seperti kesucian yang pernah kita miliki di saat kita baru lahir dari kandungan ibu. Dalam hal ini, Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dari Abu Hurairah:
شهر رمضان شهر كتب الله عليكم صيامه وسننت لكم قيامه فمن صامه وقامه إيمانا واحتسابا خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه
Artinya:
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Allah mewajibkan kepadamu berpuasa, dan aku mensunnahkan kepadamu shalat taraweh atau qiyamul lail pada malam harinya. Maka barangsiapa yang berpuasa dan melakukan qiyamul lail pada bulan itu atas dasar keimanan dan mengharap ridha Allah, maka terlepaslah semua dosanya seperti ketika dilahirkan oleh ibu kandungnya.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Pada pagi hari ini, bulan Ramadhan yang mulia sudah usai. Kita meneruskan perjalanan ke bulan berikutnya yakni bulan Syawwal. Syawwal artinya peningkatan, yakni peningkatan derajat ketakwaan kita kepada Allah swt.
Sosok orang yang bertakwa menyandang ciri-ciri sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, surat al Baqarah ayat 2-4 sebagai berikut :
.
الَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ وَالَذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إلَيْكَ وَ مَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
Dari ayat al-Qur’an tersebut dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri orang yang bertakwa adalah (1) beriman kepada yang ghaib, (2) rajin menjalankan shalat (3) menafkahkan sebagian rizkinya, (4) beriman kepada kitab-kitab Allah, dan (5) mereka yakin akan terjadinya hari akhir.
Di antara kelima ciri orang yang bertakwa tersebut, ternyata hanya ada dua ciri yang bisa dikenali oleh orang lain, yaitu ciri yang kedua, mendirikan salat; dan ciri yang ketiga, kesediaan untuk berinfaq di jalan Allah swt. Selainnya, yaitu ciri beriman kepada yang ghaib, beriman kepada kitab-kitab Allah dan juga yakin akan hari akhir, hanya dirinya dan Allah sajalah yang mengetahuinya.
Berdasarkan ayat tersebut, kualitas ketakwaan seseorang, setidak-tidaknya dapat dilihat dari bagaimana seseorang yang rajin dalam mendirikan salat lima waktu dan seberapa jauh keikhlasan berinfak di jalan Allah. Mendirikan salat berjamaah dan keikhlasan berinfak di jalan Allah adalah ikhtiar seorang hamba untuk selalu memakmurkan masjid-masjid Allah. Oleh karena itu, dampak dari amaliyah Ramadhan ini bisa dilihat dari suasana kehidupan masjid setelah bulan Ramadhan usai. Jika pada bulan Ramadhan masjid terasa ramai dan makmur dengan berbagai kegiatan ibadah salat lima waktu, salat Jum’at, salat Taraweh, salat Hajat, dan salat Tasbih. Bahkan, di masjid juga dilaksanakan taushiyah agama Islam, tadarus Alquran, dan i’tikaf di masjid. Nah, kalau kemudian masjid-masjid menjadi sepi kembali setelah bulan Ramadhan, maka artinya amaliyah Ramadhan belum sepenuhnya menjadi kekuatan pengubah perilaku hamba yang telah menjalankan pendidikan Ramadhan.
Khutbah ini, ingin mengajak kepada kita semua, mari kita tularkan suasana kegiatan salat berjamaah dan kegiatan lainnya selama bulan Ramadhan ke bulan-bulan berikutnya, agar masjid tetap ramai dan makmur dengan kegiatan-kegiatan ibadah dan amaliyah lainnya, khususnya shalat berjamaah. Karena, salat berjamaah jauh lebih banyak ganjaran pahalanya dibandingkan salat sendirian. Bukankah Nabi bersabda:
صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
Shalat berjamaah lebih afdhal daripada shalat sendirian dengan dua puluh derajat.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Bangsa kita yang baru saja menyelenggarakan Pesta Demokrasi, Pemilu Serentak 17 April 2019, sejatinya ingin menjadikan bangsa ini damai dan harmonis. Kemudian, Provinsi Kalimantan Tengah yang baru saja memperingati hari lahirnya yang ke-62, tanggal 23 Mei 2019, juga ingin menjadikan Kalteng ini BERKAH (Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah, dan Harmonis). Salah satu cara agar hidup rukun, damai, harmonis, dan berkah adalah dengan memakmurkan masjid-masjid Allah. Karena jika kita memakmurkan masjid-masjid Allah, maka Allah juga akan memakmurkan hidup kita. Jika kita memelihara salat kita, maka Allah juga akan memelihara diri kita. Dan, jika kita menolong agama Allah, maka Allah juga akan menolong hidup kita lebih berkah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Memakmurkan masjid adalah tugas kita yang utama dan mulia setelah Ramadhan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama terus istiqamah memakmurkan masjid-masjid Allah dengan salat berjamaah. Kita pelihara salat kita. Kita tolong agama Allah untuk terus tumbuh dan berkembang. Sungguh banyak keutamaan salat berjamaah di masjid, selain dilipatgandakan ganjaran pahalanya di sisi Allah menjadi 27 derajat, juga salat seorang jamaah yang kurang khusyuk karena menghayal bisa tertutupi dengan kekhusyuan jamaah yang lainnya. Nabi Muhammad saw sendiri memberikan contoh selalu salat berjamaah di masjid, bahkan beliau menjadi imamnya.
Kita tentu sangat senang mendengar bahwa jamaah haji dan umrah setiap tahunnya semakin meningkat. Kita doakan semoga haji dan umrahnya mabrur. Dan, salah satu ciri kemabruran haji dan umrah seseorang adalah kerajinannya mendirikan salat 5 waktu berjamaah di masjid. Memelihara salat 5 waktu berjamaah ini adalah salah satu bukti kemabruran haji dan umrah seseorang. Karena, bukankah selama kita melaksanakan haji dan umrah di Mekkah dan di Madinah, kita sangat rajin dan antusias mendirikan salat berjamaah, baik di masjid al-Haram, maupun di Masjid Nabawi sampai berdesak-desakan.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Kemudian, di masjid juga terkumpul banyak jamaah. Ada jamaah yang kaya dan berkecukupan, tapi ada pula jamaah yang miskin, berkekurangan. Jamaah yang kaya dan berkecukupan membantu dan memberikan sebagian rezekinya untuk diinfakkan di jalan Allah. Sedangkan jamaah yang terbatas rezekinya, juga ikut berinfak sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya. Allah swt berfirman Ath-Thalaq ayat 7.
لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فلينفق مما آتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما آتاها سيجعل الله بعد عسر يسرا.
Hendaklah orang yang mempunyai keluasan member nafqah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafqah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan sesuai dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.
Ayat ini menegaskan bahwa siapapun yang berinfak di jalan Allah, Allah akan melapangkan hidupnya. Siapapun yang berinfak di jalan Allah akan memberikan keberkahan hidupnya. Siapapun yang berinfak di jalan Allah Allah akan menerangi kuburnya. Siapapun yang berinfak di jalan Allah, Allah akan menggantinya sampai 700 kali lipat. Siapapun yang berinfak di jalan Allah, maka infaknya itu adalah tabungan akhirat yang akan menyelamatkannya di akhirat kelak. Inilah janji-janji Allah bagi yang berinfak di jalan Allah. Allah tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Ikhtiar memakmurkan masjid tidak hanya dengan salat berjamaah dan berinfak di jalan Allah, melainkan juga membangun ekonomi syariah untuk menyejahterakan umat Islam di sekitar masjid. Kita sedih mendengar beberapa pedagang kecil yang muslim yang bangkrut karena kalah bersaing dengan pedagang besar. Padahal anak-anak mereka sedang sekolah dan kuliah. Dulunya pedagang-pedagang muslim itu mampu mengeluarkan zakat perdagangan, tapi sekarang mereka hanya mampu mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan keluarganya saja. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mencari solusinya. Seperti di setiap masjid perlu dibentuk koperasi syariah untuk memakmurkan jamaah dan umat Islam. Di sekitar masjid juga perlu dibangun pusat perdagangan atau pasar-pasar rakyat yang harganya bersaing dan barangnya juga berkualitas untuk menyejahterakan jamaah dan umat Islam di sekitarnya. Oleh karena itu, kepada para jamaah yang hadir sekarang ini, mari kita bersama-sama membudayakan berbelanja kebutuhan pokok kita sehari-hari di warung-warung dan toko-toko jamaah yang muslim agar kita ikut membantu mengangkat ekonomi jamaah dan umat Islam lebih maju dan berkembang di kemudian hari.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Wa Lillahil Hamd.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari khutbah ini adalah mari kita bersama-sama memakmurkan masjid-masjid Allah dengan tetap istiqamah mendirikan salat berjamaah di masjid dan dilanjutkan dengan berinfak di jalan Allah sesuai kemampuan kita, dan ikut berjuang membangun ekonomi umat. Semoga Allah swt memberikan taufik, hidayah, dan ridha-Nya kepada kita semua. Kita juga berdoa kepada Allah, semoga dipanjangkan umur, disehatkan badan dalam berbuat ibadah, diluaskan rezeki, dan kembali berjumpa dengan Ramadhan 1441 H. Amin Ya Rabbal Alamin.