Malang – Menteri Agama RI Lukamn Hakim Syaifuddin hadiri dan buka kegiatan Pekan Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) ke IX Tahun 2019 di UIN Malik Ibrahim Malang, pada Senin Malam (15/07) di halaman kampus tersebut.
Turut hadir Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Gubernur Jawa Timur, Walikota, Bupati Malang, Para Rektor dan Ketua PTKIN se-Indonesia, Pimpinan Kontingen, Offisial, Pelatih PTKIN se-Indonesia serta Mahasiswa Peserta PIONIR Tahun 2019 diikuti sebanyak kurang lebih 3500 orang seluruh Indonesia.
“Tepat sekali para akademisi dan civitas akademika PTKIN mentradisikan olahraga dan seni melalui even Pionir yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Saya sangat bangga hati sebab dihadapan saya adalah generasi milenial yang sedang tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berilmu, sehat dan mencintai seni budaya. Pendidikan pada hakekatnya upaya sadar untuk memanusiakan manusia dan mengantarkan peserta didik kearah kedewasaan.”
Selain itu, ia mengatakan ihktiar tersebut tidak cukup mengandalkan kurikulum formal namun juga dilakukan optimalisasi kurikulum non formal.
“Ihktiar memanusiakan manusia sebagai tujuan dari pendidikan tidak cukup hanya mengandalkan kurikulum formal tetapi juga optimalisasi kurukulum ekstra kurikuler dengan berbagai aktivitas yang dioptimalkan olah pikir, olah rasa dan olah raga.” tambahnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin dalam sambutannya menyampaikan kegiatan Pionir ini sebagai upaya mendorong mahasiswa melakukan pembaharuan.
“Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (Pionir) menjadikan mahasiswa sebagai aktor yang yang penting dalam pengembangan PTKIN. Melalaui even ini, mahasiswa di dorong untuk mempunyai kemampuan menemukan (inventor), menciptakan (creator) dan melakukan pembaharuan (inovasi) agar mampu berkompetisi dengan anak bangsa lainnya.” ungkap Kamaruddin Amin.
Ia juga menyampaikan pesan olahragawan ternama, “Saya teringat pesan Billie Jean King seorang olahragawan ternama yang mengatakan Olahraga itu mengajarkan kita bagagaimana caranya mengikuti aturan yang berlaku, mengajarkan kita rasa lega ketika menang dan kecewa ketika kalah. Hal seperti ini juga kita temukan dalam kehidupan sehari-hari kita.” ungkapnya.
