UIN Antasari Banjarmasin – BUAF ke-6 yang dilaksanakan di UIN Antasari Banjarmasin resmi dibuka. IAIN Palangka Raya mengirimkan mahasiswa/inya untuk berlomba mempresentasikan hasil karya ilmiahnya. BUAF merupakan forum ilmiah tingkat sarjana dan calon sarjana yang terbentuk sejak tahun 2016. Acara yang telah digelar setiap tahun ini diikuti 4 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang terdapat di Pulau Kalimantan antara lain Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, IAIN Palangka Raya, dan IAIN Pontianak.
Sebelumnya sebanyak 102 makalah yang masuk ke panitia telah dilakukan blind review sehingga ada 23 makalah yang ditolak, 79 makalah yang diterima dan layak dipresentasikan untuk sesi pararel. Metode blind review dirasa sangat adil karena yang melakukan review tidak dapat melihat nama dan asal universitas, begitu pula yang di-review tidak mengetahui siapa yang menilai.
“Membangun agama pada era Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala tidaklah mudah. Tema yang digagas pada BUAF ke-6 ini menunjukan optimisme menghadapi tantangan Covid-19. Makalah-makalah yang mereka tulis ini menunjukkan bahwa Covid-19 bukanlah halangan, namun peluang untuk meneliti, menulis dan menerbitkan karya ilmiah. Kami harap pertemuan ini tidak hanya seremonial semata, namun sebagai tempat untuk mendekatkan diri dengan teman-teman lain dan semakin mencintai kegiatan riset dan penulisan karya ilmiah,” ungkap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Antasari Banjarmasin Dr. Irfan Noor, M.Hum.
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA selaku Rektor UIN Antasari Banjarmasin dalam sambutannya mengatakan, “Event ini terselenggara atas diskusi beberapa Wakil Rektor 3 PTKIN di Borneo atau di Kalimantan. Kita sepakat bahwa kita ingin menjadi tuan rumah pada event-event penting, karena biasanya ketika ada perlombaan kita hanya menjadi tamu, maka tercetuslah BUAF (Borneo Undergraduate Academic Forum). Selain itu, event ini terselenggara karena banyak kegiatan kemahasiswaan berupa pekan seni dan olahraga which is fine, tapi kita perlu menunjukan kegiatan yang bercorak akademik karena kita masyarakat akademisi. Maka dari itu kita adakan pertemuan-pertemuan ilmiah. Kami ingin mencari bibit-bibit unggul untuk ditumbuhkembangkan potensinya menjadi akademisi.” (MA)
