IAIN Palangka Raya – Perjalanan menuju status Badan Layanan Umum (BLU) membawa IAIN Palangka Raya ke babak persiapan kolaborasi yang luas dengan pelaku industri pertanian, peternakan, dan perikanan. Guna mendukung hal tersebut, Rektor bersama dengan Tim Pengembangan Bisnis mengunjungi salah satu petani sukses yang ada di Pangkalan Bun, Wayan Supadno.
Wayan Supadno, lahir di Banyuwangi, 20 Juni 1967. Sebelum menekuni profesinya sebagai petani buah jeruk yang sukses, beliau merupakan seorang perwira TNI di Puskesad Mabes dengan pangkat terakhir Mayor.
Kunjungan ini merupakan bagian dari strategi untuk mengembangkan berbagai aspek pertanian untuk mendukung BLU. Prof. Dr. Ahmad Dakhoir, M.H.I, Rektor IAIN Palangka Raya meminta dukungan untuk pengembangan bisnis di IAIN Palangka Raya.
Dalam kunjungan ini, diskusi-diskusi penting dilakukan dengan Pak Wayan yang telah berhasil mengembangkan beragam inovasi di bidang pertanian seperti pupuk.
“Saya telah mengembangkan inovasi pupuk pertanian dari enzim yang dihasilkan dari proses eskresi bakteri tertentu yaitu pupuk organik Bio-Extrim, Organox, dan ZPT Hormax. Enzim ini memicu pertumbuhan akar, daun, batang, dan buah sehingga menjadi lebih maksimal.”
Dari hasil pertemuan tersebut, beliau bersedia memberikan dukungan berupa analisis peluang bisnis yang dapat dikembangkan di tanah kampus 2 IAIN Palangka Raya. Selain itu, pelatihan kewirausahaan juga akan diberikan kepada mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar saat ini.
Setelah diskusi yang produktif , Rektor melanjutkan jejak eksplorasi potensi di sektor perikanan dengan kunjungan ke sebuah kolam ikan patin yang juga dianggap potensial dan juga dimiliki Pak Wayan.
Di Pangkalan Bun, kini beliau sudah memiliki ratusan hektar sawit bersama dengan belasan hektar jeruk, durian, dan alpukat yang luar biasa dalam produksi hasil pertanian. Selain itu, beliau mengintergrasikannya dengan peternakan sapi yang saat ini berjumlah 600 ekor untuk mengoptimalkan pemakaian lahan.
Pak Wayan juga berpesan, “Seluruh akademisi harus memiliki jiwa entrepreneurship, namun tidak melupakan sisi akademisnya.”
