Oleh: Ahmad Dakhoir (PPIH Kloter BDJ 3)
Yang tak kalah penting selain wukuf, adalah mabit di Mina. Mina menyita perhatian publik bukan karena julukan kota sejuta tenda, melainkan karena ke-wingit-annya.
Sebuah lembah, perbukitan, dan pegunungan yang dulu Nabi Ibrahim dan keluarganya mendapat berbagai tantangan dan godaan dari iblis terkutuk, tampaknya tak hilang karena perubahan zaman.
Lembah, perbukitan dan pegunungan Mina masih menjadi tempat berkumpulnya iblis, jin dan setan terkutuk hingga saat ini. Tidak sedikit jamaah lepas kendali diri.
Beberapa jamaah maupun petugas yang memiliki jabatan, digoda dan dirayu iblis dengan munculnya sifat-sifat tidak terpuji berupa keangkuhan, dan berbuat dzalim. Yang muda digoda dengan kekuatan dan tenaga, hingga mengabaikan yang tua. Sikap acuh dan nafsi-nafsi yang menerpa sebagian jamaah juga tampak menambah ke-wingit-an Mina.
Namun pada sisi yang lain, sikap simpati, kebersamaan, pengertian dan gotong royong juga tidak sulit ditemukan di Mina. Jamaah selalu mau berbagi rasa, baik rasa suka, duka dan sama-sama prihatin. Rasa prihatin dan duka seketika itu hilang dan menjauh karena kasih sayang yang luar biasa, yang muncul dalam setiap diri jamaah.
Mengganti popok lansia di dalam tenda, BAK di dalam tenda, bahkan BAB di dalam tenda, mereka bantu bersihkan, lalu disucikan. Pemandangan seperti ini sangat-sangat tidak sulit ditemukan di tenda-tenda Mina.
Jamaah merasa membersihkan kotoran adalah pengikis dosa dan noda diri. Membantu jamaah yang kesulitan adalah pahala nyata yang kelak kebaikan itu akan kembali kepada anak dan cucu kita. Tidak ada bau, yang ada adalah aroma surga. Tidak ada yang berat, yang ada adalah derajat haji mabrur yang mereka impikan.
Selain urusan kebersihan, jamaah yang tersesat juga tidak sedikit terjadi. Ada yang 2 km, 3 km, hingga 5 km dari titik tenda. Bahkan ada yang kembali ke Muzdalifah. Yang perlu diulas mendalam, bukan hanya menimpa lansia dan jamaah yang gaptek (gagap teknologi), namun juga menimpa jamaah yang masih muda, ahli medsos dan bahkan pakar map.
Rata-rata yang tersesat, dalam kondisi panik, dengan logika yang tak berdaya. Jamaah selalu dalam posisi di tengah terik matahari, sangat jarang mau berteduh, dan ciri khas utama yaitu berjalan terus menerus tiada henti.
Kondisi inilah yang segera harus diminimalisir, tidak hanya dengan edukasi melek digital, dan paham lapangan, tapi betul-betul jamaah diajak mendekat kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya. Bukan saat ini saja, Nabi Ibrahim dulu juga pernah digoda, apalagi kita. Mudah-mudahan kita semua dilindungi Allah SWT, dan selamat dunia akhirat dari godaan setan yang terkutuk. Wallahualam bishshawab.