Home Berita Selalu di Arafah (15): “Berburu” Haji Mabrur dan Balutan Ihram yang Abadi

Selalu di Arafah (15): “Berburu” Haji Mabrur dan Balutan Ihram yang Abadi

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 339 views

Oleh. Ahmad Dakhoir (PPIH Kloter BDJ 3)

Banyak sekali dalam tradisi dan realitas cara keberagamaan kita yang terkadang sulit dan tidak mungkin diukur oleh indra dan logika biasa. Sama susahnya memburu malam qadar, salah satu predikat tersusah dalam haji adalah mendapatkan haji mabrur. Begitu krusialnya gelar ini, makanya Rasulullah mengajarkan kepada kita agar selalu berdoa meraih haji mabrur. “Allahummaj’al hajjan mabruran wa sya’yan masykuran wa dzanban maghfuran”.

Dari banyak literatur, beragam sekali ciri-ciri kemabruran seseorang. Dari sekian banyak ciri, paling tidak dapat saya rangkum dalam 3 kluster sederhana, seseorang meraih predikat haji mabrur yaitu pemberi makan, penebar perdamaian, dan komunikasi yang baik. 3 kriteria itulah pananda kemabruran haji seseorang.

Namun banyak ulama lain, memberikan argumen yang berbeda-beda dalam merefleksikan sosok haji mabrur. Saya mempunyai pandangan yang agak berbeda dalam melihat sosok mabrur ini. Paling tidak haji mabrur itu harus dilihat dari dua penampilan atau performance menurut saya.

Sosok haji mabrur tidak boleh dilihat hanya sekedar sifat, simbol atau ciri yang melekat. Tapi harus dilihat secara mendalam dan utuh dalam dua tampilan. Penampilan pertama, adalah performa DALAM. Haji mabrur adalah sosok yang tidak “melepas” ihram, mengenal diri, menduduki, tinggal dan betah di Baitullah, hanya mengunggulkan Allah di atas segalanya, dan cepat bertaubat atau kembali ketika lepas dari rumah ruhani yang suci.

Sosok tersebut, adalah sosok yang didalam segenap perjalanan hidup, selalu melekat dengan arina manasikana. Baik pra manasik, saat manasik, post manasik. Semua indranya selalu “berbalut” ihram, kenal (arafah) diri setinggi-tingginya dalam maqam sebagai hamba yang beribadah (maqam ubudiyah), ruhaninya terpaut kuat dengan baitullah dst.

Sedangkan yang kedua, adalah penampilan LUAR. Tampilan luar haji mabrur terdiri dari 3 tingkat, yaitu selalu ceria karena dosa dan noda terampuni, qabul semua doanya dan pemberi-pemurah.

Saya kira wajar jika predikat haji mabrur ini balasannya adalah surga. Karena untuk memburunya sungguh tidak mudah. Tidak hanya mengandalkan riyadhah fisik indrawi tapi ternyata justru di dominasi riyadhah spiritual. Wallahualam.

You may also like

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK