Oleh: Ahmad Dakhoir (PPIH Kloter BDJ 3)
Dapat melaksanakan shalat di depan Kabah tentu menjadi kebanggaan tersendiri, ditengah tingginya minat ibadah haji di dunia. Apalagi jika shalat di laksanakan secara berjamaah. Tidak hanya 100.000 derajat pahala, tapi berlipat 27 derajat bagi yang melaksanakannya. Inilah keistimewaan Makkah Al-Mukarramah. Pusat bumi, sumbu bumi.
Ketika bicara shalat, ada 3 unsur yang harus dipenuhi agar shalat terasa nikmat, terjaga dan aman dari godaan. Pertama, gerakan shalat yang tepat, kedua, ucapan shalat yang tepat, dan ketiga adalah tempat shalat yang harus tepat.
Untuk 2 unsur shalat, gerakan dan ucapan biasanya kita sudah memahami dan bisa melaksanakan. Namun terkadang kita masih banyak belum mengetahui dan masih meremehkan unsur yang ketiga yaitu tempat shalat.
Dimanakah tempat shalat yg tepat itu? Ketika bicara tempat, semua pasti tertuju pada satu bangunan yang bernama masjid. Masjid adalah tempat serangkaian ibadah dan muamalah umat islam termasuk ibadah pokok yaitu shalat. Dan di tempat inilah konon menjadi tempat shalat yg tepat. Dan ditempat ini pula, dijamin shalat jauh dari gangguan dan godaan. Apakah betul demikian?
Untuk menguji hal itu, ada pengalaman empiris yang menarik kita bagi sebagai bahan renungan bersama. Ada sebuah masjid tampak sepi di sebuah perkampungan. Ketika maghrib tiba, takbir ihram kami angkat. Namun sesaat al-fatihah kami baca, seketika gumpalan asap hitam pekat turun dari atas mihrab dan “mancungul” (bahasa banjar) seketika di pesujudan. Ya tepat di depan pesujudan kita. Semakin keras al-fatihah kita baca, dan penuh guncangan, semakin keras gumpalan hitam mengerang seperti kesakitan menggeliat dan bergerak dinamis. Namun anehnya gumpalan bersuara parau itu tetap diam ditempat. Tak kunjung pergi menjauh.
Kami berada dalam dua pilihan, tetap berdiri tegap namun bercucur keringat dan tegaknya berbagai bulu, atau mengambil jurus langkah seribu.
Tetap berdiri manjadi pilihan namun tak kuat menahan lemahnya lutut (lamah lintuhut) namun jika laripun, tentu jamaah akan mempertanyakan kualitas dan kredibilitas keulamaan kita hehe. Alhasil kami tetap memilih melanjutkan untuk tegap berdiri.
Dari realitas itu, hipotesis bahwa masjid, mushala, langgar, surau adalah tempat yang aman dan tepat dari godaan, ternyata tidak sepenuhnya benar. Lalu pertanyaannya adalah dimanakah tempat yang sesungguhnya tepat untuk shalat ini. Jika di surau saja seperti itu, lantas bagaimana jika di rumah, toko, sekolah, bioskop, gedung, pusat perbelanjaan dll.
Inilah pentingnya mengatahui tempat shalat yang sesungguhnya. Tempat shalat yang sesungguhnya jika dijawab dengan mudah adalah dimana saja yang sekira disitu tidak ada jin-nya, tidak ada setan-nya, dan tidak ada iblis-nya. Dimana saja, mana kala tidak ada 3 makhluk ghaib itu, maka shalat tidak ada gangguan. Selama ini kita shalat banyak sekali gangguan godaan terutama was wisu didalam dada.
Lalu dimanakah tempat yang tidak ada 3 jenis makhluk itu, Quran menjawab dalam QS Ali Imran ayat 97 dan QS Ibrahim ayat 35. 2 ayat tersebut memberi jawaban yang lugas tentang tempat shalat yang tepat yaitu di Baitullah. Di Baitullah kita shalat akan terasa nyaman aman terjaga bebas dari godaan 3 makhluk itu. Sebab Allah SWT berfirman “wa man dakhalahu kana aminan”, yang artinya “dan barang siapa memasuki (Baitullah) maka amanlah dia”. Ayat ini selaras dengan doa Nabi Ibrahim AS yaitu “rabbi ij’al hadha baladan aminan”, yang artinya “ya Tuhanku jadikan daerah ini (bakkah/kabah) menjadi wilayah yang aman”.
Berdasarkan penjelasan 2 ayat itu, dapat disimpulkan bahwa Baitullah adalah tempat itu. Lantas bagaimana dengan kita yang jauh dari Baitullah, bukankah baitullah hanya ada 1, jauh dan bumi ini luas, tidak memungkinkan kita semua bisa masuk ke sana, karena berjauhan.
Tentu saja yang dimaksud masuk ke Baitullah yaitu dalam dua dimensi. Pada dimensi jasmani, tubuh kita hadapkan ke Baitullah, sementara dimensi rohani kita masukkan ke dalam Baitullah. Dengan demikian, dimana saja berada kita bebas memasukkan rohani kita ke dalam kabah sehingga hati yang sering was wisu menjadi terjaga dan dijaga. Inilah fungsi besar takbir ihram dan mustaqbilal qiblati lillahita’ala yg sering kita baca sebelum kita shalat.
Semoga kita bisa terus meningkatkan kualitas ibadah terutama shalat pada musim haji tahun ini, dan mudahan kita pulang ke tanah air membawa oleh-oleh Derajat Haji Mabrur. Dan bagi keluarga saudara teman dimudahkan Allah SWT segera menuju Baitullah. Amin. Wallahualam bishshawab.