PALANGKA RAYA – “Setiap orang yang bertanya Ilmu yang rumit/mendalam(Seperti: Ilmu hakikat, tasawwuf mendalam), padahal kepahamannya tidak sampai pada tingkatan tersebut (masih awam) maka dia termasuk orang yang tercela.”
-Pertanyaan-pertanyaan orang awam tentang hal-hal yang rumit/mendalam dalam urusan agama termasuk bahaya-bahaya yang sangat besar, maka wajib dicegah dan dilarang..
Contoh: Bicara ma’rifat semalaman hingga waktu subuh, pada akhirnya, bangun kesiangan dan bahkan tidak mengerjakan shalat subuh…padahal lebih baik bagi dia banyak mengerjakan amal kebaikan, seperti Tahajjud, banyak baca shalawat, Zikir.
-Lebih dianjurkan bagi orang Awan untuk membicarakan bagaimana ibadahnya agar sah maupun diterima, dan ilmu dasar wajib lainnya.
-Ilmu Syariat saja belum mengetahui dengan secara benar-benar, malah bicara masalah hakikat(yang sebenarnya hal ini tidak perlu dibahasnya/belum sampai pada tingkatannya)
-Ilmu agama ada tahapannya yang perlu dipelajari, sebagaimana seperti Ilmu berhitung dimulai dari tambahan dan kurangan, kemudian perkalian, dilanjutkan hingga pada hal-hal yang rumit… tidak bisa langsung membahas pada hal-hal yang rumit (الغوامض)
-Orang Awam kadang merasa bangga/senang berdiskusi tentang ilmu hakikat, karena setan menipunya dan mengkhayalkan seakan-akan ia termasuk dari ulama dan ahli hikmah/keutamaan (seperti bisikan syetan: Kamu juga hebat dan tahu juga seluk beluk Ma’rifat beserta ilmu hakikat! )
Sumber: Lihat Mauidhatul Mu’minin (Ringkasan Ihya, Al-Ghazali), Juz 2, h. 93-94. (Abdullah)