Home Buletin Menuju Arafah (4): Goa Hira’ dan Target Mukjizat Abad Ini

Menuju Arafah (4): Goa Hira’ dan Target Mukjizat Abad Ini

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 369 views

Oleh: Ahmad Dakhoir (PPIH Kloter BDJ 3)

Pada masa Nabi Musa kita mendengarkan Tuhan berinteraksi tanpa setengah-setengah. Sayangnya ga setengah-setengah. Marahnya juga ga setengah-setengah. Semuanya full.

Berbagai pertolongan Tuhan ditampakkan dan dirasakan secara nyata. Tuhan setiap hari (kecuali hari sabtu) menyediakan hidangan Manna dan Salwa (QS Al-Baqarah ayat 57). Manna itu bentuknya putih dan rasanya manis, disediakan dari fajar sampai terbit matahari. Salwa semacam burung puyuh. Ini karena Bani Israil tidak puas hanya diberi manisan dan minta makan daging pula.

Mereka juga melihat sendiri bagaimana tongkat Musa membelah laut, dan mereka berjalan dengan selamat dari kejaran Firaun.

Tapi tidak hanya sayang-Nya yang nyata, murka-Nya juga dahsyat. Bani Israil ada yang berkata begini: “Hai Musa kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan mata kepala sendiri.” (QS Al-Baqarah 55).

Sesudah mengatakan hal itu, mereka disambar petir hingga tewas semua. Firaun dan pengikutnya juga di timpa adzab nyata, mulai kekeringan, banjir, sekawanan belalang, wabah kutu, katak, sungai nil menjadi darah. Al-Quran menyebut ada 5 adzab, bible menyebut ada 10 adzab, termasuk membunuh semua anak Firaun.

Demikian sayang dan murka-Nya Allah kepada umat Nabi Musa, Nabi Nuh, Sulaiman, Shaleh, Isa dan nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, Tuhan juga langsung berdialog dengan Musa tanpa washilah Jibril, seperti yang di alami nabi lainnya. Metode komunikasinya langsung tanpa setengah-setengah.

Pada era Nabi Muhammad SAW, Tuhan menjadikan beliau sebagai utusan terakhir. Yang dikedepankan adalah rahmat bagi semesta alam. Tak ada lagi adzab yang langsung turun menghancurkan umat atau dunia, tapi juga tidak ada lagi keajaiban seperti hidangan dari langit.

Allah memberi mukjizat sesuai konteksnya. Mesir diera itu berlandaskan kekuatan sihir. Makanya Nabi Musa di bekali tongkat yang bisa tranformer jadi ular besar melawan sihir saat itu. Ular adalah simbol kekuasaan Firaun. Ketika ular tukang sihir kalah oleh ular Musa, maka dimata rakyat mesir, itu simbol matinya kekuasaan Firaun.

Ketika Nabi Muhammad di utus, maka mukjizat beliau tidak berbentuk suprantural dan materialis yang tampak dan terlihat seperti mukjizat Nabi Musa, menghidupkan orang mati oleh Nabi Isa, dan mukjizat nabi-nabi lain.

Bukannya Nabi Muhammad tidak memiliki mukjizat yang tampak. Banyak mukjizat Nabi Muhammad yang langsung seketika tampak, misalnya, membelah bulan di atas jabal abi qubais, air keluar dari jemari beliau, awan yang selalu mengayomi, makanan yang cukup saat menggali khandak, dan masih banyak lagi lainnya. Itu semua adalah mukjizat Nabi Muhammad, namun bukanlah mukjizat yang besar.

Mukjizat Nabi Muhammad yang besar adalah ketika beliau di Goa Hira’ dan memperoleh kalam Tuhan yaitu Iqra’. Iqra’ mengisyaratkan bahwa konteks dan target besar dakwah abad ini akan berbentuk pertarungan wacana, penemuan sains dan jangan lupa yaitu masalah karakter (akhlak). Mereka yang tidak menguasai dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan pembelajaran karakter fitrah akan tersingkir ditengah kuatnya dan berkembangnya media sosial abad ini.

Inilah mukjizat Nabi Muhammad yang amat besar, sekali lagi bukan mukjizat materialis, dan suprantural. Melainkan mujizat IQRA’, sebuah simbol kemampuan untuk membaca dan belajar, membaca peluang ekonomi, membaca dan menganalisa situasi politik, menguasai teknologi, kemampuan memaknai perjalanan kehidupan manusia modern abad ini.

Bersyukurlah, mereka yang saat ini memiliki concern bakat minat dan mahabbah terhadap Hira’ sebagai simbol kecintaan terhadap Iqra’ yaitu ilmu pengetahuan yang menjadi tumpuan mencerdaskan kehidupan bangsa kita saat ini.

Haji tahun 2024, harus mampu memaknai Goa Hira’ dan Iqra’ sebagai mukjizat sains, kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai target yang harus di kuasai oleh umat Nabi Besar Muhammad SA khususnya dalam manasik ibadah oleh jamaah haji Indonesia.

Selamat berhaji, semoga meraih derajat mabrur. Amin ya rabbal alamin.

You may also like

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK