Oleh : Akhmad Supriadi
Ada tiga seruan atau panggilan dalam Islam yang bukan merupakan panggilan biasa. Satu panggilan berasal dari orang tua dan dua lainnya berasal dari Allah SWT. Apa saja ketiga panggilan tersebut? Panggilan pertama yang harus disahut dan dijawab adalah panggilan orang tua kita. Rasulullah saw. pernah menceritakan dalam Sahih al-Bukhari kisah seorang ‘abid alias ahli ibadah di masa Bani Israil yang bernama Juraiz. Konon, karena tidak menjawab panggilan ibunya sebanyak tiga kali dalam tiga hari ketika ia sedang melaksanakan shalat sunat, ibunya merasa tersinggung dan marah sehingga terucap doa yang kurang baik dari mulutya. Walhasil, doa ibunya dijawab oleh Allah swt sehingga suatu ketika Juraiz diitnah telah melakukan perselingkuhan dan perzinahan dengan seorang perempuan nakal sehingga perempuan tersebut hamil hingga melahirkan. Namun dengan kuasa ilahi, bayi tersebut mampu berbicara dan dan bersaksi sehingga selamatlahJuraiz dari amukan dan penghakiman massa.
Panggilan kedua yang sangat sakral adalah seruan dan undangan Allah melalui Nabi Ibrahim as. untuk melaksanakan ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam bagi setiap yang memiliki kemampuan baik secara fisik, finansial maupun psikologis:”Dan serulah (panggillah) manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS al-Hajj [22]:27)
Panggilan ketiga yang sangat sakral adalah panggilan ilahi untuk melaksanakan shalat yakni seruan azan dari muazin: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui(QS. Al-Jumuah [62]:9).
Beberapa waktu lalu kita sempat heboh ketika seorang pesohor negeri dianggap menistakan azan. Melalui sebuah ungkapan puitis, ia menganggap azan tidak lebih baik dan merdu daripada kidung atau nyanyian para biduan dan biduanita. Bagi kita sebagai orang beriman, substansi dn hakikat azan bukanlah suara sang muazin atau bilal, namun ia adalah kumpulan kalimah thayyibah yang mengandung ajakan dan panggilan Allah untuk melaksanakan shalat berjamaah di rumah-Nya:“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri? (QS. 41 [33]. Imam Muslim dalam Sahih-nya meriwayatkan suatu cerita dari Abu Hurairah bahwa ada seorang sahabat buta pernah menemui Nabi saw dan berujar “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang menuntunku ke masjid.” Lelaki itu meminta keringanan kepada Nabi saw. untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?” laki-laki itu menjawab; “Benar.” Beliau bersabda: “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).”
Melalui berita al-Quran dan sunnah, diuraikan sekian banyak hakikat dan keutamaan azan sebagai seruan dan panggilan Allah Swt. keutamaan pertama, para muazzin yang melantunkan azan akan mendapat pahala dan ampunan Allah SWT.:“Muadzin itu mendapat ampunan sejauh suaranya itu (terdengar), dan semua makhluk hidup dan benda mati akan menjadi saksi baginyadan bersaksi baginya setiap yang basah dan yang kering, dan orang yang menghadiri shalat tersebut (ikut berjamaah) dicatat baginya ganjaran dua puluh lima shalat, dan dihapus dari dosanya antara kedua shalat itu.”(HR. Abu Dawud dan Ahmad). Bahkan disebutkan pada hadis lain bahwa: ‘Para mu’adzdzin adalah orang yang paling panjang lehernya: Yang berarti bahwa mereka mulia di akhirat pada hari kiamat karena banyakya pahala’.”(HR. Muslim)
Keutamaan kedua adalah diberikan pahala berlipat ganda: “Kalau manusia tahu pahala dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkan jalan keluar untuk mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan mengadakan undian..” Disebutkan dalam hadis lain: “Sekiranya manusia tahu apa yang ada pada seruan adzan, sungguh mereka akan saling berbunuhan dengan pedang.”(HR. Ahmad)
Keutamaan ketiga, adalah dijaga dari bahaya dan keburukan sebagaimana sabda Nabi:”Suatu kaum yang berkumandang di dalamnya azan pada pagi hari kecuali berada dalam penjagaan Allah sampai sore hari, Suatu kaum yang berkumandang di dalamnya azan pada sore hari kecuali berada dalam penjagaan Allah sampai pagi hari. “(HR. Ath-Thabrani) bahkan dari Ibnu Umar diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tiga orang yang akan mendapatkan wanginya misik pada hari kiamat; seorang laki-laki yang memimpin suatu kaum dan rakyatnya merasa senang, seorang laki-laki yang mengumandangkan adzan lima waktu shalat setiap hari dan malam serta seorang budak yang menunaikan hak Allah Ta’ala dan majikannya.”(HARI. Ahmad)
Keutamaan keempat yaitu ampunan bagi orang yang berdoa setiap selesai azan. Jabir bin ‘Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa berdo’a setelah mendengar adzan: allahumma rabba haadzihid da’watit tammah washshalaatil qaa’imah. Aati muhammadanil wasiilata walfadliilah wab’atshu maqaamam mahmuudanil ladzii wa’adtah… maka ia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.”(HR. Muslim).
Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba Allah yang senantiasa tersentuh dan memenuhi panggilannya untuk melaksanakan shalat, karena Allah SWT telah menjamin penghapusan dosa dan menyiapkan surga Firdaus bagi semua hamba-Nya yang memenuhi dan melaksanakan panggilan-Nya setiap lima waktu. Amin.