Home Mimbar Jum'at HIKMAH DI BALIK BAJAKAH

HIKMAH DI BALIK BAJAKAH

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 1.7K views

Syairil Fadli

Belakangan ini warganet dan masyarakat, terutama di Kalimantan Tengah, bahkan mancanegara dihebohkan dengan ditemukannya khasiat Bajakah sebagai obat yang dapat menyembuhkan total penyakit kanker. Siapa pun harus memberikan apresiasi kepada penemu ini. Kita lebih bangga kala mengetahui bahwa penemu ini adalah anak zaman now yang masih duduk di bangku sekolah, yakni para siswa  SMAN-2 Palangka Raya. Siapa menyangka tumbuhan liar di hutan Kalimantan Tengah ini menjadi popular setelah terpublikasinya capaian para siswa tersebut. Sebelumnya orang barangkali mengenal pasak bumi sebagai jamu kuat asal Kalimantan, sekarang ada Bajakah sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit kanker.

Banyak imbas positif dari fenomena Bajakah ini. Masyarakat umum senang dengan temuan ini. Bagi mereka yang menderita penyakit kanker timbul secercah harapan untuk sembuh setelah meminum rebusan Bajakah ini, bagi sebagian lain, keberadaan kayu ini menjadi sumber penghasilan untuk menyambung hidup, dulu sempat ramai batu akik, sekarang muncul Bajakah. Bagi kalangan akademisi, peneliti, saintis, juga  kedokteran dapat menjadikan Bajakah sebagai bahan penelitian lebih lanjut untuk menemukan khasiat yang boleh jadi tidak hanya sebagai salah satu penyembuh penyakit kanker.

Banyak hal dapat kita petik sebagai hikmah. Pertama, setiap penyakit ada obatnya. sebelum Bajakah dikenal sebagai obat sekarang ini, meskipun sudah ada para tetua yang memanfaatkan sebagai obat secara turun temurun, selama ini ia hanya dianggap sebagai tanaman liar yang menumpang pada pohon yang tumbuh di sekitarnya, air yang diserapnya pun diabaikan karena dianggap biasa saja. Setelah viral sebagai penyembuh penyakit kanker, orang pun sadar betapa bermanfaatnya tanaman ini. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah, penyakit itu akan sembuh.”

Kedua, penemuan Bajakah sebagai obat salah satu bukti karunia Allah yang diberikan kepada manusia itu tidak akan habis-habisnya untuk diungkapkan. Al-Quran menyebutkan yang artinya, “Dan seandainya  pepohonan di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, ditambahkan lagi kepadanya tujuh lautan setelah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya diungkapkan kalimat-kalimat Allah itu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana.” (Q.S. Luqman: 27). Memang, cepat atau lambat apa yang ada di alam semesta ini akan terungkap, baik sebagian maupun keseluruhan. Bajakah baru sekadar contoh, tanaman liar ini akan tetap dianggap liar kalau saja tidak ada yang mencoba menelitinya.

Ketiga, ikhtiar. Maksud ikhtiar adalah upaya seorang guna  mendapatkan apa yang diinginkannya. orang yang berikhtiar berarti memilih suatu pekerjaan kemudian ia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar berhasil dan sukses. Sebagai seorang muslim diwajibkan untuk senantiasa berikhtiar sekuat tenaga dan segala kemampuanya. setelah ia berikhtiar maka ia harus menyerahkan segala upayanya kepada Allah. Ketika seseorang ditimpa penyakit misalnya, maka ia harus berikhtiar untuk dapat sembuh, misalnya dengan cara meminum obat atau ramuan tertentu. Nah, memanfaatkan Bajakah sebagai obat termasuk salah satu ikhtiar tersebut. Apakah ia dapat sembuh atau tidak, ia harus pasrah kepada ketentuan Allah. “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usaha itu kelak akan diperlihatkan, kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya” (Q.S. Al-Najm: 39-42).

Keempat, Khasiat Bajakah harus disyukuri. Siapa tahu, karena alasan tertentu, tidak semua orang dapat berobat dan menebus resep yang mahal, tidak sempat mengurus kartu sehat, dan sebagainya. Bajakah murah meriah, saat ini tinggal “petik” atau beli di pinggir jalan, bisa ditawar lagi. Bersyukur itu semacam bentuk terima kasih kepada Allah terhadap nikmat yang diberikan kepada kita, termasuk adanya Bajakah dan manfaatnya. Jika tidak, maka sakit itu bisa saja datang tanpa diundang. Dalam Al-Quran disebutkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah, jika kamu mengingkari, maka pasti azab-Ku sangat berat” (Q.S. Ibrahim: 7).

Kelima, Bajakah sebagai tanaman hutan harus dijaga keberadaannya, jangan sampai hanya karena keuntungan sesaat, orang kemudian mengenksploitasinya, ia “diburu” untuk mengeruk keuntungan. Akibatnya bisa habis dan tinggal sejarah. Terlebih lagi, Bajakah tidak dapat hidup sendirian, ia memerlukan media tanah sedemikian rupa dan tanaman lain untuk merambat. Ini berarti pasti ada manfaat lain yang suatu akan terungkap di kemudian hari. Pada intinya segala yang diciptakan di muka bumi ini tidak ada yang sia-sia, tinggal bagaimana manusia selaku khalifah menjaga dan merawatnya.

Sangat menarik ketika Al-Quran ternyata sudah jauh-jauh hari menyinggung tentang tanaman merambat ini, baik manfaat maupun akibat yang ditimbulkannya. “Dan Dia yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasa, zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Makanlah buahnya jika ia berbuah dan berikanlah haknya pada waktu memetik hasilnya tapi janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (Q.S. Al-An’am: 141). Akhirnya, semoga kita tidak hanya mengambil khasiat Bajakah tetapi melupakan hikmah yang ada dibalik keberadaannya.

You may also like

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK