Home Berita Ramadhan Bulan “Pembakaran”?

Ramadhan Bulan “Pembakaran”?

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 4.9K views

Oleh : Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag

Secara bahasa, ramadhan berarti membakar. Makna yang dimaksud adalah membakar dosa-dosa yang lalu. Pembakaran atas kesalahan tersebut tentu dengan syarat pelaksanaan puasa dilakukan dengan iman dan keikhlasan. Persoalannya apakah benar ramadhan telah memfungsikan dirinya sebagai bulan membakar dosa manusia yang berpuasa ? Kalau benar, kenapa aktivitas kurang atau bahkan tidak membekas dalam zaman sekarang ?
Ramadhan sesungguhnya benar dan telah melaksanakan tugasnya untuk membakar dosa-dosa manusia. Hanya saja kerja ramadhan membakar dosa manusia tergantung manusia sebagai obyek yang akan dibakar. Logikanya dapat dilihat dari dua pendekatan obyek tatkala membakar ikan, yaitu :

Pertama, ikan yang akan dibakar telah dimasukan dalam freezer cukup lama, sehingga ketebalan es yang menyelimuti ikan demikian tebalnya. Lalu, ikan di bakar. Namun ketebalan es menjadi penghambat api melaksanakan fungsinyan membakar ikan. Akhirnya ikan tidak dapat memperoleh bekas bakaran dan matang, bahkan gumpalan es pada ikan tersebut mematikan api dengan es yang mencair. Pesan moral yang patut dijadikan renungan atas diri tatkala ramadhan belum mampu memberikan bekas dan makna perubahan kepribadian hamba-Nya. Apakah kita telah memainkan api dan menyiramnya dengan air sehingga api padam. Jika demikian, kenapa kita mematikan api yang akan membakar ikan panggangan kita ? Atau munngkin kita termasuk makhluk yang suka ikan mentah sehingga menyiram api dengan “air kemunafikan dan kemungkaran dengan baju kesombongan” yang begitu tebal ?

Kedua, ikan yang dibakar merupakan ikan segar yang baru ditangkap oleh nelayan. Ikan segar tersebut setelah diberi bumbu iman, ilmu, tawadhu’ dan istiqomah, lalu dibakar. Aroma bakarannya begitu harum dan mengundang selera untuk segera mencicipinya. Padahal, ikan belum matang tapi sudah memberikan oebiknatan rezeki hidung merasakannya. Fantasi otak pun berkerja menambah nikmatnya ikan bakar ini. Sungguh pesan moral dipelupuk mata yang diperlihatkan Allah pada hamba-Nya namun jarang terpikirkan.

Merujuk pada dua bentuk i’tibar di atas, masihkan kita menyalahkan api yang membakar dua obyek ikan yang berbeda ? Bila demikian, masihkah kita menyalahkan puasa yang tak membekas pada diri ? Atau mungkin kita adalah makhluk yang begitu piawai memainkan api ramadhan sehingga tak kuasa memberi bekas pada diri ? Bertanyalah pada diri yang terdalam, sebelum kita ditanya oleh Khaliq yang menciptakan ramadhan.
Wa Allahua’lam bi al-shawwab.

Bengkalis, 10 Ramadhan 1439 H.

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK