Home Berita PTKN LEADER FORUM HADIRKAN BERBAGAI MACAM PEMUKA AGAMA

PTKN LEADER FORUM HADIRKAN BERBAGAI MACAM PEMUKA AGAMA

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 429 views

Bali – Hari kedua AICIS 2022 di Bali Rektor IAIN Palangka Raya menghadiri PTKN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri) Leader Forum yang diadakan di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Bangli.

Mengusung tema “Local Wisdom for Religious Harmony: Lesson Learned from Best Practices in Bali“, forum ini menghadirkan berbagai macam pemuka agama antara lain Prof. Mahmud (Rektor UIN Sunan Kalijaga), K.H. Mahrusun Hadyono (Ketua MUI Bali), Romo Evensius Dewantoro Boli Faton (Uskup Denpasar), dan Ida Pedanda Gede (Pedanda Hindu dari Blahbatuh).

Dalam presentasinya, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., C.SEE menjelaskan bahwa moderasi beragama merupakan cara dan sikap untuk mengurangi kekerasan dan sebagai komitmen bersama untuk menjaga kerukunan umat beragama. “Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, suku, bahasa dan adat istiadat yang masing-masing memiliki ciri khas berbeda. Namun, toleransi beragama semakin memudar di Indonesia akibat egoisme masyarakat Indonesia dan perlahan mulai mengancam keutuhan bangsa. Tindakan yang dianggap ekstrim adalah ketika seseorang yang mengatasnamakan agama melanggar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, merendahkan martabat seseorang, melanggar hukum, melanggar kesepakatan bersama dan menjalankan ajaran agama yang melampaui batas kewajaran. Sehingga berbagai upaya harus dilakukan untuk menjaga keutuhan bangsa. Dengan moderasi beragama, seseorang diharapkan menjadi anis dalam menjalankan agama yang dianutnya dalam batas wajar dan tidak berlebihan.”

K.H. Mahrusun Hadyono  turut menyatakan, “Bali adalah contoh yang baik dalam pengimplementasian moderasi beragama. Salah satu desa yang menggambarkan hubungan umat Islam dan Hindu serta kerukunannya yang terjaga hingga saat ini adalah Kampung Loloan di Jembrana. Keberadaan orang Bugis-Melayu di desa ini telah meninggalkan jejak sejarah berupa produk budaya yang menjadi unsur penting dalam budaya Loloan, antara lain pencak silat Bugis, kesenian Burdah, pakaian adat Melayu Bugis dan sebagainya yang dalam beberapa hal masih dilestarikan oleh masyarakat di Desa Loloan.”

“Situasi yang harmonis dalam hubungan sosial umat Islam dan Hindu membuktikan bahwa masyarakat pada dasarnya memegang prinsip-prinsip tertentu, yaitu (1) kebangkitan kesadaran dalam kerangka persaudaraan antara lain, yang dalam bahasa Bali dikenal sebagai menyama-braya; (2) Kedua, kesediaan umat Hindu sebagai penduduk lokal untuk menerima pendatang; (3) Ketiga, adanya kerjasama di bidang sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan politik, dan (4) keempat, komunikasi yang intens antar berbagai institusi termasuk pemerintah.

Hal tersebut juga sejalan dengan pandangan Romo Evensius Dewantoro Boli Faton, “Sebagai bangsa yang majemuk, intoleransi masih menjadi ancaman. Salah satu cara untuk melawannya adalah melalui moderasi beragama. Bagaimana menjadi Indonesia Sejati sebagai implementasi moderasi beragama menuju Indonesia yang maju dan toleran”.

Terakhir, Ida Pedanda Gede juga menerangkan bahwa bangsa Indonesia mewarisi gen keragaman yang kental. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai pandangan sebagai berikut (1) kepulauan yang terletak di antara ribuan pulau yang berbeda, Akibatnya berbagai suku, wajah, kelas, dan bahasa, tumbuh beragam. Dari segi agama, sebelum masuknya agama asing ke Indonesia, ibadah dilakukan dengan berbagai cara menurut kepercayaan setempat. Letak geografis ini menunjukkan bahwa perbedaan merupakan keniscayaan yang harus dihormati. (2) Sejak awal, agama-agama yang datang dari luar dan menjadi agama negara pada masa kerajaan seperti Siwa dan Buddha hidup rukun. Bahkan kedua agama tersebut menjadi agama resmi kerajaan Majapahit. Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal sejarah, masalah keragaman agama telah ada. (3) Setelah jatuhnya Majapahit, Islam berkembang pesat, diikuti oleh Kristen dan Katolik. Pada masa kemerdekaan kelima agama ini kemudian diakui sebagai agama negara. Ditambah lagi Khonghucu secara resmi dinyatakan sebagai agama negara ketika Indonesia dipimpin oleh Gus Dur. Menghargai kepercayaan orang lain adalah prinsip yang harus ditanamkan sejak awal. (MA)

 

 

 

 

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK