Home Berita EVALUASI PUASA RAMADHAN KITA

EVALUASI PUASA RAMADHAN KITA

by Humas IAIN Palangka Raya
0 comment 3.6K views

Oleh Akhmad Dasuki

Sudah hampir separuh ramadhan bulan penghulu segala bulan kita jalani, maka sudah saatnya kita lakukan evaluasi puasa yang telah kitatunaikan apakah, sudah mengarah ke fase menjadi muttaqin.
seharusnya puasa Ramadhan adalah puasa yang menyerupai puasa ulat. ada fase menjadi kepompong dalam siklus hidup ulat. Di fase ini perilaku yang sebelumnya rakus, tak tahu malu dan merugikan orang lain mulai terkikis perlahan. Yang ada kemudian adalah sebuah mahluk baru bernama kupu-kupu yang tunduk pada aturan Allah SWT.
Setelah menjadi kupu-kupu ia tak lagi makan sembarangan. Mungkin hanya meneguk sedikit air embun pagi hari. Ia juga tak lagi berkeliaran yang menyebabkan pemilik tanaman menjadi resah. Banyak yang mengatakan bahwa fase kepompong berkisar antara 15 – 20 hari. Sedikit cepat daripada puasa Ramadhan yang dikerjakan kaum muslimin. Namun, coba kita lihat hasilnya. Kupu-kupu Yang Indah
Setelah masa kepompong selesai, maka tak ada lagi keburukan yang menempel dalam pribadi sebuah mahluk bernama kupu-kupu. Yang ada hanyalah keanggunan, kebersihan dan ketertiban. Kupu-kupu bukan lagi seperti ulat yang telah menjadi masa lalunya. Biarlah dulu pernah dicaci maki dan dihina, namun sekarang dipuja lantaran keindahannya. Sungguh perubahan drastis yang luar biasa.
Lalu Bagaimana Dengan Puasa Kita, Manusia? Nah, ini yang menjadi pertanyaan. Apakah puasa yang kita kerjakan seperti ular yang hanya sekedar ingin mempercantik dan memperindah kulit (tubuh) saja, atau seperti ayam betina yang puasa demi merubah telur menjadi anaknya sedangkan dirinya tetap menjadi ayam seperti sedia kala.
Atau malah puasa yang kita kerjakan seperti puasa yang dilakukan oleh ulat; Berpuasa untuk merubah diri dari ulat yang buruk rupa dan perangai menjadi kupu-kupu yang cantik tubuh dan tingkah laku.
Tentunya pertanyaan ini tak bisa kita tanyakan pada ular, ayam ataupun ulat dan kupu-kupu. Karena jawabannya sudah ada di dalam hati kita masing-masing.
Oleh karena itu, tidakkah kita menginginkan ibadah Ramadhan kita (khususnya puasa) berhasil mengubah pribadi kita? Tidak malukah kita jika selepas Ramadhan alih-alih peningkatan amal, justru kemerosotan ibadah kembali kita ulangi? Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita, selain memanfaatkan dengan sungguh-sungguh momen Ramadhan ini. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Kobarkan semangat optimal untuk beramal dan beribadah di bulan suci. Tidak ada jaminan tahun depan Ramadhan bisa kita temui lagi. Semoga ridho Allah selalu menyertai. Amiin.

You may also like

Leave a Comment

HUMAS/AUAK

IAIN PALANGKA RAYA

Kampus Itah News

Fakultas

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya

COPYRIGHT © 2018-2023 HUMAS IAIN PALANGKA RAYA

PROUDLY POWERED BY TEKNO HOLISTIK