Oleh : Nafa Aqla Islami
MASYARAKAT Kalteng belakangan ini dihebohkan dengan pemberitaan Titi Wati. Penderita obesitas warga Gang Bima, Jalan G Obos XXV, Kota Palangka Raya, itu memiliki berat badan 220 kg.
Awalnya, masalah obesitas ini hanya diketahui di lingkungan keluarga dan tetangga Titi Wati saja. Ketika berat badannya sekitar 176 kg, Titi Wati yang akrab disapa Titin juga pernah diberitakan media massa. Namun, setelah media massa baik cetak, elektronik dan online secara serentak mengangkatnya kembali, publik akhirnya mengetahuinya. Bahkan, Titin jadi berita internasional.
Alhamdulillah, masalah yang dialami perempuan ini cepat tertangani. Sejak muncul jadi pemberitaan hangat di media massa, tidak begitu lama, Pemprov Kalteng melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, turun tangan, mengambil langkah konkret. Melakukan penanganan dari evakuasi dari kediaman Titi Wati ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya hingga dilakukannya operasi.
Sekarang, Titi Wati sudah berada di rumahnya lagi. Kembali berkumpul keluarga.
Kalau dicermati, fenomena yang terjadi dengan adanya pemberitaan penderita obesitas ini, ditambah banyaknya unggahan-unggahan foto serta video perempuan satu anak itu, banyak dimensi yang bisa kita ambil hikmahnya. Salah satunya dari dimensi edukasi. Yang menggugah kesadaran masyarakat khusunya warga netizen yang merasa kelebihan berat badan, termotivasi untuk melakukan diet.
Kebanyakan mereka khawatir mengalami obesitas seperti yang dialami wanita yang berbobot 220 kg tersebut terjadi di diri mereka. Alasannya pun juga sederhana, mereka takut kebiasaan makan cemilan, diselengi minuman es dan makanan gorengan, memicu badan menjadi gemuk, karena seperti pengakuan Titi Wati tiga hal itulah yang menjadi kebiasaannya selama ini.
Kasus Titi Wati selalu hadir di benak mereka di alam bawah sadar, terutama ketika mau makan maupun minum es dengan cemilan atau gorengan, sehingga mereka lebih berhati-hati dan mengatur pola makannya.
Seperti salah satu komentar netizen di instagram “ Gara-gara banyak berita ini saya ditunjuk sama keluarga besar. Tuh liat, nanti kamu bisa kayak gitu kalau ga jaga makan. Saya jadi ga enak makan.“ ungkapnya.
Bahkan ada sepasang kekasih yang saling mengingatkan dalam salah satu komentar di postingan video mengenai hal ini “Jaga pola makan yang.” tulis salah satu netizen kepada pacarnya.
Kebanyakan sebagian orang ketika ingin diet, hanya muncul di angan-angan saja, sementara untuk melakukannya terlalu sulit. Bahkan, ada diantaranya niatnya diet, tapi pola makannya, tambah kuat. Keadaan ini, karena tidak ada motivasi yang kuat pada dirinya.
Padahal, untuk diet, sangat dibutuhkan dorongan (motivasi) dalam melakukannya. Sekuat apapun keinginan yang dimiliki seseorang untuk diet jika motivasinya kurang, maka keinginan tersebut hanya mimpi. Jadi, bagi yang kebetulan mempunyai badan yang gemuk ketika membaca berita, melihat foto dan video Titi Wati, menjadi termotivasi untuk menggerakkan hatinya dalam berdiet. Kemudian setelah adanya motivasi yang ada dalam diri, kemudian muncul dalam tindakan yang istiqomah (terus menerus).
Salah satunya seperti mengatur pola makan dengan cara menyelaraskan keinginan bawah sadar, dengan keinginan sadar. Keinginan sadar ini sangat perlu dalam melalukan diet, karena biasanya hal itu kalah dengan keinginan bawah sadar yang ingin makan terus-terusan. Misalnya saja ketika Car Free Day (CFD) di Bundaran Besar Palangka Raya, keinginan sadarnya ingin olahraga untuk diet, tetapi setelah melihat bermacam gerobak makanan yang ada di sekitar bundaran, keinginan bawah sadar mulai meningkat karena menghantui pikiran untuk beli dan memakan makanan tersebut.
Bisa juga karena pikiran keinginan bawah sadarnya bermain, dengan aturan pola makan yang baik, tapi melihat makan yang bermacam ragam, orang yang suka makan membelinya dan berkata “ah, hanya sekali saja”. Padahal bisa jadi itu dilakukannya setiap hari, yang menyebabkan keinginan sadar terkalahkan, dengan keinginan bawah sadar tersebut.
Namun, dengan apa yang terjadi tersebut, hendaknya bisa menjadikan kita semua mengambil hikmahnya.
Ada juga dampak lain yang cukup menarik, fenomena penyandang obesitas ini dimanfaatkan oleh penjual obat pelangsing online, sebagai model obat pelangsing tersebut tanpa izin. Hal itu membuat salah satu netizen mengungkapkan kesedihannya secara terang-terangan di kolom komentar.
Tapi tak apa, karena hal itu tidak berpengaruh dengan banyaknya netizen yang membela dan terus mendoakan, serta menyemangati perempuan tersebut walaupun mereka tak saling kenal.
“Salam kenal Mba Titi semoga selalu diberi semangat yak dan kita-kita saling mendoakan yg terbaik dan selalu diberi kesabaran aamiin #manusiagkadyangsempurna,” ungkap akun @iemhamoethazah yang merupakan salah satu netizen yang memberikan dukungan terhadap Titi Wati (37).
Tak hanya seorang, banyak sekali untaian doa dan kata semangat untuk Titi Wati, bahkan orang gemuk lainnya yang dituliskan dan diaminkan oleh netizen yang lain agar semuanya sehat-sehat saja.
Ingatlah, bahwa untuk hidup lebih sehat dan lebih indah itu bukan kurus kuncinya. Tetapi kesimbangan tubuh karena badanmu adalah rumahmu, dan kau harus bangga.
Tetap berikan dukungan untuk motivator diet kita, agar keadaannya cepat membaik, dan berat tubuhnya bisa berkurang setelah operasi beberapa waktu lalu. (*) (Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, IAIN Palangka Raya)
sumber: https://kaltengpos.co/READ/-15931-titi_wati,_penggugah_kesadaran_diet.html